Medical Tyranny - Barbara O'Neill On MRNA Vaccines And Big Pharma (Subtitle Indonesia)
Cara penanganan Covid-19 telah membuat banyak preseden yang mengejutkan dan memicu banyak kontroversi, terutama seputar masalah pilihan vaksin vs tirani medis. Pertanyaan tentang keamanan vaksin dan pernyataan yang saling bertentangan oleh para ahli telah memecah belah masyarakat. Vaksin-vaksin itu dikirim melalui otorisasi penggunaan darurat dan pemerintah serta bisnis dengan cepat memberi penghargaan kepada mereka yang mendapat suntikan dan menghukum mereka yang tidak. Semua ini terjadi di tengah tuduhan bahwa peluncuran vaksin melanggar setiap poin dari Kode Nuremberg, hukum internasional yang dimaksudkan untuk melindungi orang dari jenis eksperimen yang dilakukan Nazi Jerman di kamp kematian. Ditambah lagi, pembatasan kebebasan berbicara di media sosial dan pengungkapan janji baru-baru ini dari Mark Zuckerberg hingga Anthony Fauci untuk menyensor semua konten yang tidak mendukung narasi pro-vax.
Apa yang terjadi dengan kebebasan berbicara dan hak kita untuk memilih bagi diri kita sendiri?
The way Covid-19 has been handled has set many shocking precedents and sparked much controversy, especially around the issue of vaccine choice vs. medical tyranny. Questions about vaccine safety and conflicting statements by experts have divided society. The vaccines were rushed through emergency use authorization and governments and businesses quickly rewarded those who got the shot and punished those who didn’t. All this happened amid accusations that the vaccine roll-out contravened every point of the Nuremberg Code, an international law meant to protect people from the kind of experiments Nazi Germany was guilty of in the death camps. Add to this, restrictions of freedom of speech on social media and recent revelations of promises from Mark Zuckerberg to Anthony Fauci to censor all content unsupportive of the pro-vax narrative.
What has happened to free speech and our right to choose for ourselves?